Press ESC to close

TNI Lahir, Tumbuh dan Kuat Bersama Rakyat

Tentara Nasional Indonesia (TNI) lahir dan tumbuh serta kuat jika bersama rakyat. TNI adalah tentara yang merupakan bagian dari masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Bayu Purwiyono saat membacakan amanat Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo ketika menjadi inspektur upacara pada Hari Juang Kartika TNI AD 2014 di Lapangan Batalyon Kaveleri 2/Tank Turangga Ceta Ambarawa, Kabupaten Semarang, Senin (15/12).

Dengan bertemakan “Bersama Rakyat TNI AD Kuat, Bersama TNI AD Rakyat Damai dan Sejahtera” Hari Juang Kartika tahun 2014 diharapkan dapat dipahami dan dihayati oleh setiap Prajurit, sehingga dapat menimbulkan kesadaran yang sangat mendalam bahwa kekuatan inti TNI AD ada pada Rakyat yang terus dibangun dalam kemanunggalan TNI dengan Rakyat.

“Laksanakan terus Serbuan Teritorial melalui kegiatan nyata yang lebih serius, serentak dan menyentuh sendi-sendi kehidupan masyarakat. Dengan Serbuan Teritorial dibangun kecintaan TNI terhadap Rakyat sehingga Rakyat makin mencintai TNI”, jelas KASAD.

Di sisi lain, KASAD berharap untuk menjaga kedaulatan NKRI harus dilaksanakan dengan amalan nyata. Dengan momentum Hari Juang Kartika ini para prajurit TNI untuk intropeksi dan mawas diri dalam menjalankan tugas Negara dalam satu tahun yang lalu. Serta mengoptimalkan tugas kedepan.

Sebelumnya Pangdam IV/Diponegoro memeriksa barisan pasukan
dengan menggunakan mobil jeep terbuka. Upacara itu diikuti oleh ribuan personel TNI AD baik militer maupun Pegawai Negeri Sipil Kodam IV/Diponegoro, FKKPI serta para pelajar.

Hadir pada acara tersebut Wakapolda Jateng Brigjen Pol Slamet Riyanto, Kasdam IV/Diponegoro Brigjen TNI Ibnu Darmawan, Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI MS Fadhilah, Bupati Semarang Mundjirin serta para pejabat Kodam IV/Diponegoro. Turut hadir  para veteran pejuang TNI.

Usai upacara, acara makin meriah dengan pertujukan tari kolosal massal yang pengisahkan pertempuran di Ambawara melawan kolonial Belanda yang akan menduduki Jawa Tengah dengan menguasai Ambarawa terlebih dahulu. Namun usaha Belanda untuk menundukkan wilayah setempat sia-sia karena mendapat perlawanan sengit dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada waktu itu, dipimpin oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman dengan taktik strategi Supit urang atau capit udang untuk mengurung musuh. Pertempuran Ambarawa terjadi pada 12-15 Desember dipimpin oleh Jenderal Soedirman ini merupakan cikal bakal lahirnya TNI AD. Dalam pertempuran itu kita bisa mengusir Belanda yang akan ke Magelang dan menguasai Jawa Tengah.

Tarian kolosal ini diperankan oleh ratusan pemain, menjadi dua kubu Indonesia dan Belanda dengan memakai pakaian jaman perjuangan kemerdekaan dan membawa bendera Merah Putih. Lalu ada yang menggunakan kuda dan senjata baik bambu runcing serta senapan seadanya untuk melawan penjajah yang menggunakan peralatan perang yang lebih modern. Dalam drama tari kolosal ditunjukkan tentara dan rakyat bergotong-royong melawan Belanda walau harus mengorbankan jiwa dan raga. Dengan semangat pantang menyerah, bisa mengusir Belanda dari bumi pertiwi. Sedangkan di pinggir lapangan, nampak ratusan warga menonton pertujukan tersebut dengan gembira.

Acara semakin semarak dengan tampilan Defile Pasukan TNI AD dan serta pertunjukkan alutsista  kendaraan tempur tank Canon, kendaraan tempur jarak dekat dan motor Trail dari Yonif 400/Raider, meriam tarik dari Arhanudse-15 dan tank Anoa serta persenjataan tempur TNI AD lainnya.