Press ESC to close

Ilmuwan Sosial Harus Perbanyak Riset Kebijakan

Usai membuka Kongres Asosiasi Mahkamah Konstitusi dan Institusi Sejenis se-Asia 2017 atau The Association of Asian Consitutional Court and Equivalent Institutions(AACC) 2017 di Auditorium Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Presiden RI langsung menuju Hotel Best Western, di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, untuk membuka Kongres ke-10 Himpunan Indonesia Untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS) dan Sebelas Maret International Conference on Business, Economic and Social Sciences (SMICBES), Rabu (9/8/2017)

Dalam sambutannya Presiden Joko Widodo mengakui, bahwa ilmu-ilmu sosial sekarang ini sudah berkembang secara sangat dinamis. Tapi ia mengingatkan bahwa dunia juga berubah begitu sangat cepatnya.

Menurut Kepala Negara, kemajuan-kemajuan teknologi, melahirkan begitu banyak inovasi-inovasi teknologi yang destruktif, sehingga akan bisa mengubah landscape ekonomi, politik dan sosial.

“Perubahan itu betul-betul sangat cepat sekali, inovasi-inovasi bisnis sekarang juga sangat cepat sekali. Dulu yang tidak diperkirakan, sekarang muncul semuanya, dan munculnya itu maju,” ungkap Kepala Negara.

Dicontohkan, di negara lain saat ini banyak mal/toko ditutup karena sekarang sudah berjualan lewat toko online. Di negara kita pun sekarang sama. Bukan hanya perusahaan besar, tapi juga pengusaha-pengusaha kecil berjualan lewat Instagram, Twitter, dsb.

Hal-hal seperti ini, menurut Presiden, yang sering tidak kita sadari bahwa perubahan itu sudah sangat cepat sekali. Diperkirakan 5-10 tahun lagi juga ada perubahan yang cepat, terutama pada generasi Y.

“Perubahan-perubahan seperti inilah yang harus diantisipasi, termasuk ilmuwan-ilmuwan sosial harus mengantisipasi ini,” tutur Presiden.

Menurut Presiden, cara berpikir generasi Y sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, sehingga pendekatan politiknya juga harus berubah. Kalau pendekatan-pendekatan politiknya masih monoton, linier, rutinitas seperti yang dilakukan sekarang ini, Presiden mengingatkan, tahu-tahu bisa berubah nanti hasilnya.

Kepala Negara memberi contoh betapa isu-isu yang berkembang di media sosial seringkali menjadi rujukan, baik untuk media mainstream maupun untuk rujukan dalam agenda setting kebijakan. Isu-isu di media sosial yang viral tersebut, tegas Presiden, juga harus kita dengar karena itu suara masyarakat.

Oleh sebab itu, menurut Kepala Negara, pola hubungan sosial, landscape sosial kita juga harus kita siapkan antisipasinya.

“Jangan sampai kita keliru mengantisipasinya sehingga tidak bisa mengejar perubahan yang ada dan akhirnya ditinggal,”

Ditambahkan Presiden Jokowi, bahwa perubahan-perubahan teknologi informasi yang sangat cepat dan mempengaruhi struktur relasi sosial, perlu mendapatkan perhatian dari para ilmuwan sosial.

“Semuanya harus benar-benar dipikirkan dan kita antisipasi mulai dari sekarang. Kita harus menyiapkan kerangka kebijakan, baik di bidang ekonomi, politik, maupun sosial, yang bisa digunakan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut,” tutur Presiden.

Termasuk di dalamnya, lanjut Presiden Jokowi, menyiapkan model pembangunan sosial yang tepat, sehingga perubahan-perubahan tersebut tidak merusak masyarakat kita. Sebaliknya perubahan itu mampu kita kelola dengan baik dan memberikan dampak kemajuan yang baik bagi masyarakat Indonesia.

Untuk itu, Presiden mendorong agar para ilmuwan sosial memperbanyak riset-riset kebijakan terkait bagaimana kita mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut.

“Perubahan itu sudah di depan kita, sudah masuk di negara kita. Mata kuliah yang diajarkan juga jangan monoton, jangan linier, perlu kita sesuaikan dengan perkembangan yang terjadi,” tegas Presiden.

Presiden juga mengingatkan, bahwa metode pembelajaran di kelas juga harus berubah, karena sumber informasi alternatif sekarang ini sangat banyak sekali, berlimpah ruah, dan itu kita bisa cari sendiri. Dengan menyiapkan sejak awal antisipasinya berbagai perubahan itu, Presiden Jokowi yakin ilmu-ilmu sosial akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kemajuan bangsa Indonesia.