Press ESC to close

Prajurit dan PNS Kodam IV/Diponegoro Ikuti Peringatan Isra’ Mi’raj

Semarang. Dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME, ratusan prajurit dan PNS di lingkungan Makodam IV/Diponegoro mengikuti peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhamad SAW di Masjid Al Firdaus Kodam IV/Diponegoro, Rabu (18/4/2018).

Peringatan Isra’ Mi’raj yang mengangkat tema “Jadikan Hikmah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1439 H/2018 M Sebagai Sarana Pemantapan Iman dan Taqwa Prajurit dan PNS TNI AD Yang Berjiwa Kesatria, Militan, Loyal dan Manunggal Dengan Rakyat”,  dihadiri Kasdam IV/Diponegoro Brigjen TNI Bakti Agus Fadjari, S.I.P., M.Si., dan para pejabat Kodam IV/Diponegoro.

Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Wuryanto, S.Sos., M.Si., melalui sambutannya yang dibacakan Kasdam IV/Diponegoro menyampaikan harapannya, dengan peringatan Isra’ Mi’raj akan semakin meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Disisi lain, diungkapkan bahwa peringatan Isra’ Mi’raj mengandung hikmah untuk introspeksi diri dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, disiplin dan loyal dalam kehidupan serta pengabdian prajurit guna mewujudkan TNI AD yang profesional fan manunggal dengan rakyat.

Sementara itu, selaku penceramah KH. Fahrurazi, M.Ag. Dosen UIN Semarang, dalam tauziahnya menyampaikan bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj dilaksanakan oleh orang pilihan. Rasullullah merupakan Ksatria yang tidak pernah berdosa. Isra’ Mi’raj juga merupakan peristiwa yang sangat luar biasa yang hanya bisa diterima dengan iman dan sulit dicerna dengan nalar.

Diceritakan oleh Rasullullah perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa hingga ke Sidratul Muntaha PP hanya ditempuh dalam sepertiga malam. Tetapi sebagai orang yang beriman kita harus mempercayainya, kita berfikir seperti Abu Bakar “Selama yang menyampaikan itu Rasulullah, maka sepenuhnya akan percaya”.

Peringatan Isra’ Mi’raj bila dikaitkan dengan kehidupan prajurit, KH. Fahrurazi menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW bila diibaratkan sebagai seorang prajurit, maka beliau adalah orang yang sangat patuh dan taat kepada atasannya atau pemimpinnya. Apapun perintah dari atasannya tidak ada yang dibantahnya, dan dalam peristiwa ini Nabi mendapat perintah khusus yakni shalat lima waktu.

Ditambahkan  KH. Fahrurazi, dalam pelaksanaan shalat berjamaah yang diajarkan Nabi, walapun mereka berada pada posisi yang berbeda namun menggambarkan kesatuan misi antara pemimpin dengan anggota/rakyatnya. Hal ini bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari prajurit akan sangat bermanfaat, dimana prajurit memiliki komando tegak lurus dalam mencapai tujuan sehingga tidak ada istilah insubordinasi.

Dan bila kebersamaan yang diterapkan dalam shalat berjamaah diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat maka akan mewujudkan kebersamaan, persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara, pungkasnya.