Press ESC to close

Dandim 0716/Demak Hadiri Acara Larungan Sedekah Laut (Syawalan)

Bertempat di TPI Desa Bungo, Kecamatan Wedung, Demak, Jawa tengah para nelayan menggelar tradisi larungan Sedekah Laut (Syawalan), dengan melepas kepala kambing ke tengah lautan lepas. Acara ini merupakan tradisi tahunan sebagai wujud syukur atas hasil laut yang berlimpah. Nampak ratusan warga memadati lokasi untuk menyaksikan tradisi di salah satu kampung nelayan di Kota Wali tersebut.

Hadir dalam acara tersebut Bupati Demak Drs. HM. Dachirin Said, Dandim 0716/Demak Letkol Inf Nanang T.T Wibisono S.A.P, Kepala Dinas Pariwisata Demak Drs. Muhammad Ridwan, Kepala SKPD Sekabupaten Demak, Muspika Kec. Wedung dan tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya Bupati Demak mengharapkan supaya kegiatan Larungan bisa dilanjutkan untuk tahun-tahun yang akan datang sehingga dengan acara ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa Bungo. Setelah sambutan bapak Bupati dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh Bapak KH. Masrokhan Khudori ulama desa Bungo dan dilanjutkan dengan acara tradisi larungan.

Dalam rangkaian ritual tradisi tersebut, tokoh agama setempat mengawali dengan membakar kemenyan disertai membaca doa khusus di atas perahu yang berjalan menuju ke tengah laut. Saat itu ada sekitar tujuh kapal berisi puluhan nelayan Desa Bungo beriringan mengikuti ritual larung sesaji tersebut. Setelah beberapa saat kemudian miniatur perahu dari batang pisang berisi bungkusan putih berupa kepala kambing yang telah dipersiapkan diturunkan ke laut. Segera para pemuda terjun ke laut untuk menghanyutkan sesaji tersebut ke tengah laut. Mereka lantas memutari sesaji sebelum meninggalkannya. Selesai ritual larung sesaji mereka pun langsung menyantap makanan bersama di tengah laut.

Tokoh Agama Desa Bungo, Sukamto, menjelaskan, tradisi larung sesaji sudah dilakukan sejak ratusan tahun silam. Selain bentuk rasa syukur terhadap sang khalik atas hasil laut yang melimpah, langkah ini sekaligus untuk menghormati keberadaan para penjaga laut.
“Kami bersyukur kepada Allah SWT atas hasil laut yang melimpah. Sebagai nelayan yang menghabiskan waktu di laut, kami juga menghormati keberadaan para penghuni laut. Larung sesaji juga tersisip harapan terbebas dari musibah buruk yang menimpa nelayan”, ungkap Sukamto. Belakangan pemerintah setempat mulai membidik tradisi larung sesaji sebagai even pariwisata tahunan.