Press ESC to close

Kisah Sukses Babinsa Berternak Bebek

Terkadang kita hanya bisa melihat kesuksesan orang lain tanpa ingin mengetahui apa yang telah mereka perbuat. Kita juga sering berandai-andai dapat meraih sukses seperti orang lain, tetapi tidak tahu harus memulai dari mana. Berikut mungkin bisa dapat dijadikan inspirasi kita semua untuk meraih sukses dengan berternak bebek, seperti apa yang sudah dilakukan oleh Sertu Slamet.

Sertu Slamet dalam kesehariaanya merupakan seorang Babinsa yang berdinas di Koramil 07/Maos, Kodim 0703/Cilacap. Putra kelahiran Jl. Tambangan, Desa Glempang, RT. 01 RW. 02, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap ini awalnya memiliki pemikiran yang sama seperti layaknya kebanyakan orang. Bagaimana dengan moda yang minim, namun bisa membuka peluang yang besar. Namun dengan dibarengi dengan semnagat, kemauan dan tekad yang bulat, ternyata dengan modal yang minim mampu mengantarkan dirinya menjadi peternak bebek petelur yang sukses.

Babinsa yang akrab disapa Pak Slamet ini mengatakan, untuk bisa sukses dibisnis bebek petelur ini tidak lah susah, yang penting harus senang lebih dahulu sehingga mempunya rasa memiliki bebek-bebek yang kita pelihara.

“Sejak dulu saya memang senang dengan bebek, saya selalu senang melihat bebek”, ujar Slamet.

Pada awalnya, bapak dengan dua anak ini cuma iseng dengan membeli 250 ekor bebek seharga Rp. 75.000,- per ekor. Sedangkan untuk kebutuhan pakan berupa konsentrat, jerangkring dan dedek dalam sebulannya ia keluarkan Rp. 5.932 500,-. Namun siapa sangka, dengan modal awal lebih kurang 24 juta tersebut, Pak Slamet dan istrinya setiap pagi dapat mengambil telor bebek piaraanya kurang lebih 185 sampai 200 butir. Bila harga per butir Rp. 1.800,- berarti kini Babinsa yang satu ini dapat memperoleh penghasilan tambahan sebesar Rp. 333.000,- hingga Rp. 336.000,- setiap hari.

Wow, sungguh peluang usaha yang sangat menjanjikan, karena dari telor-telor yang dihasilkan tenyata mampu menambah pundi-pundi rupiah 9 sampai 10 juta perbulan. Dan bila dikurangi dengan harga pakan yang mencapai 6 jutaan berarti masih memperoleh penghasilan bersih 3 hingga 4 juta per bulan.

Semenjak itulah, Sertu Slamet semakin bersemangat memutar uangnya, dengan memberanikan diri untuk menambah bebek piaraannya menjadi 850 ekor bebek.

“Alhamdulilah sekarang bebek saya sudah 850 ekor dan saya bisa menyuplai telur bebek di wilayah Maos, bahkan banyak pelanggan yang langsung datang mengambil telor ke sini. dan omset saya sekarang sudah mencapai 29. 700.000 juta per bulan”, ungkap Sertu Slamet dengan percaya diri.

Dari kisahnya, Sertu Slametpun berbagi tips agar kesuksesanya juga dapat ditiru oleh orang lain.

Pertama, masalah kandang tidak harus bagus, tetapi di areal kandang usahkan disiapkan salura air untuk keperluan minum bebek setiap harinya. Ingat hanya saluran air untuk minum, bukan kolam untuk mandi, karena bebek petelor bukan seperti bebek kebanyakan. Hal ini penting agar kondisi kandang tetap kering, tidak berbau dan bebek bisa terus bersih sehingga dapat nyaman untuk bertelor.

Kedua, untuk mengurangi bau kandang agar tidak mengganggu tetangga sebelah, usahakan air minumnya tidak sampai jatuh ke tanah, artinya harus dibuatkan saluran pembuangan air.

Ketiga, Sedangkan untuk kebutuhan pakan, bebek-bebek cukup diberikan pakan pada pagi dan sore hari berupa adonan jerangking, kosentrat dan dedek (bekatul). Dari pakan tersebut secara rutin mampu meningkatkan telor bebek (bebek selalu bertelor setiap hari).

Keempat, bebek itu merupakan unggas yang tahan penyakit dibandingkan dengan ayam, dan bebek juga dikasih pakan apa saja mau sehingga tingkat kematiannya lebih kecil. Untuk menjaga kesehatan bebek terhadap penyakit yang sering menimpa bebek seperti flu, ia juga punya tips ampuh dengan memberikan obat Turbo di campur dengan adonan makanan karena lebih efektif.

Ia juga menuturkan berternak bebek petelur itu sangat menjajinkan, apalagi permintaan akan telur bebek semakin hari juga semakin meningkat. Dengan konsep berternak bebek petelor secara total seperti yang ia kembangkan dengan mengandangkan bebek maka pertumbuhan bebek dapat lebih cepat dan hasilnyapun lebih besar. Bahkan jika dibandingkan dengan berternak ayam petelor, lebih menguntungkan bertenak bebek petelur, karena harga telor bebek cenderung lebih tinggi dibanding dengan telor ayam, imbuhnya.

Lewat keuletan dan keseriusannya ini, kini Sertu Slamet sudah dapat menikmati usahanya yang terus berkembang. Setidaknya kini sudah mampu membangun kandang senilai Rp 40 juta, dan sekarang ini telah memiliki 3 kandang berukuran 3 meter X 7 meter, dimana setiap kandang bisa menampung 70 ekor bebek. Setiap pagi hari Sertu Slamet bersama istri sudah rutin memanen telor bebek peiraaannya, sehingga dari hasil panennya sudah langsung dijual atau diambil langsung oleh pelanggannya.

“Intinya, usaha ternak apapun tidaklah susah, jika ada kemauan pasti ada jalan dan bisa sukses seperti saya. Untuk urusan modal, ia telah membuktikan bahwa memulai bisnis tidak melulu merogoh kantong yang besar, tapi bisa dimulai dari kecil. Ingat pepatah, sedikit demi sedikit lama-lama akan menjadi bukit”, ungkap Sertu Slamet mengakhiri kisahnya.