Press ESC to close

Tim Sergap Mabes Tinjau Lokasi Pertanian

Target penyerapan gabah dari petani di Kabupaten Wonosobo yang telah ditetapkan sebesar 9.025 Ton untuk Tahun 2017, ternyata baru mencapai 3.000 ton. Dengan sisa waktu kurang dari 5 bulan, serapan gabah sesuai target dinilai hampir mustahil untuk dapat dipenuhi. Mengingat pentingnya capaian target penyerapan gabah bagi ketahanan pangan Negara, Tim Serap Gabah Petani (Sergap) dari Markas Besar TNI Angkatan Darat pun turun langsung ke Wonosobo, Senin (14/8). Di depan puluhan petani desa Bojasari, Kecamatan Kertek, yang turut hadir dalam acara dialog singkat bersama Bulog Divre Kedu dan Dinas Pangan Pertanian Perikanan dan Peternakan Kabupaten, di lahan persawahan desa setempat, Ketua Tim Sergap Mabes AD, Brigjen TNI Sudarto meminta agar kekurangan capaian serap gabah bisa diupayakan untuk dipenuhi.

“Masalah harga gabah per kilogram yang ditetapkan Bulog dianggap terlalu rendah seharusnya bisa disikapi dengan keikhlasan petani merelakan sebagian hasil panen untuk disetorkan ke Bulog, tidak perlu semuanya,” harap Brigjen Sudarto. Tim Sergap Mabes TNU, diakui Sudarto mengakui kualitas beras di Wonosobo lebih bagus, sehingga layak apabila petani menetapkan harga cukup tinggi, mencapai kisaran Rp 4.500,- sampai Rp. 4.700,- per kilogram. Harga tersebut menurut Sudarto jauh dari kemampuan Bulog, yang oleh Pemerintah memang diberikan kewenangan membeli Beras petani di harga Rp. 3.700,- per kilogram. “Artinya secara kualitas beras Wonosobo memang di atas yang ditetapkan Pemerintah, namun bukan berarti tidak bisa dicarikan solusi,” lanjut Sudarto.

Dengan target hanya 9.205 ton, sementara capaian produksi gabah petani Wonosobo per tahun mampu menembus angka 24.000 ton lebih di 2016, dan diperkirakan tahun 2017 juga di angka tersebut, Sudarto meyakini petani bisa menyumbang kekurangan sebesar 6.000 an ton. “Kami meminta pengertian dari para petani Wonosobo, karena untuk keperluan cadangan pangan daerah sudah mencukupi, maka sekarang waktunya berkontribusi bagi Negara,” tegasnya. Kekurangan cadangan pangan sebagai akibat target serapan dari petani ke Bulog tidak tercapai, menurut Sudarto dapat membahayakan keamanan pangan Negara, dan pada akhirnya bahkan bisa mengancam kedaulatan, karena Indonesia harus impor beras dari Negara lain.

Harapan yang sama perihal upaya pemenuhan target serapan gabah petani, juga disampaikan Dandim 0707/Wonosobo, Letkol CZI Dwi Hariyono. Meski secara matematis sisa waktu menunjukkan beratnya langkah until mencapai target, Dwi mengakui optimis petani bisa memahami kondisi tersebut. “Kekurangan yang mencapai hampir 70% akan kami kejar, sehingga nanti di Akhir 2017, target bisa terwujud,” tegas Dandim. Hal itu, menurutnya bukan hal mustahil, mengingat pada Tahun 2016 lalu, capaian Sergap di Kabupaten Wonosobo bahkan mampu melampaui target hingga 107% lebih.