Press ESC to close

WASPADAI PROXY WAR BISA MENYERANG BERBAGAI ASPEK KEHIDUPAN

Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi yang begitu pesat serta pengaruh globalisasi, wawasan kebangsaan juga mengalami penurunanan.

Perang masa kini yang terjadi dan perlu untuk diwaspadai oleh Indonesia adalah perang proxy atau proxy war.

Hal tersebut disampaikan Kasiintelrem 071/Wk Letkol Inf Hari Purnomo sebagai narasumber Komunikasi Sosial TNI bersama PPM dan FKPPI jajaran Korem 071/Wk, Kamis (10/8/2017) di Gedung Pertemuan A.Yani Makorem 071/Wk Jl.Gatot Subroto No.1 Sokaraja Banyumas.

Dikatakan, proxy war merupakan konfrontasi antara dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti. Hal ini untuk mengurangi konfrontasi secara langsung dengan alasan mengurangi risiko konflik yang berakibat kehancuran fatal.

Melalui perang proxy ini, tidak dapat dikenali dengan jelas siapa kawan dan siapa lawan karena musuh mengendalikan non state actors tersebut dari jauh baik berasal dari dalam maupun luar negeri.

“Proxy war begitu sulit untuk dideteksi karena kita tidak berhadapan langsung dengan negara yang akan melancarkan perang terhadap kita. Proxy war tidak melalui kekuatan militer tetapi perang melalui berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Baik melalui politik, ekonomi, sosial budaya dan termasuk hukum”, terangnya.

Indikasi proxy war di Indonesia diantaranya dengan gerakan separatis dan gerakan radikalisme baik radikal kanan ataupun kiri, demonstrasi massa yang anarkis, sistem regulasi dan perdagangan yang merugikan, narkoba, pemberitaan media yang provokatif, tawuran (pelajar, mahasiswa, masyarakat), bentrok antar kelompok serta pornografi, seks bebas dan gerakan LGBT.

“Ancaman nyata bangsa Indonesia kedepan, lebih dari 79 % konflik dunia berlatar belakang energi, pertumbuhan penduduk dunia, pangan dan air semakin langka”, ungkapnya.

Disampaikan bahwa realitas kehidupan yang terjadi disekitar kita dewasa ini menunjukkan kecenderungan kita telah terbawa arus kepentingan pihak yang melancarkan proxy war terhadap Indonesia. Seperti penguasaan media massa untuk melakukan pembentukan opini, menciptakan rekayasa sosial dengan tujuan membuat kegaduhan di masyarakat telah semakin terlihat dan dirasakan dampaknya oleh kita. Disisi lain heterogenitas masyarakat Indonesia terus dilanda dengan berbagai isu yang berpotensi memecah belah Kebhinnekaan dalam persatuan dan kesatuan bangsa. Dan pada waktu bersamaan, generasi muda bangsa dihancurkan melalui budaya negatif seperti budaya konsumtif, hedonisme, judi online, pergaulan bebas/seks bebas, narkoba dan lainnya yang merusak generasi muda bangsa.

“Mari kita jaga dengan menanamkan dan menguatkan kembali nilai-nilai luhur Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan jatidiri bangsa Indonesia, dalam menghadapi ancaman dan tantangan bangsa kedepannya”, ungkapnya.

“Indonesia harus didukung para pemudanya sebagai generasi muda penerus perjuangan bangsa yang menjadi agen perubahan dan pemersatu bangsa”, pungkasnya.