Press ESC to close

Kopral Bagyo Dengan Aksi Eksentrisnya Yang Fantastis

Gebrakannya dalam melakukan aksi boleh dibilang fantastis, menantang dan membuat orang terdecak kagum. Yah…itulah Kopral Kepala Bagyo, anggota Detasemen Polisi Milter IV/4 Surakarta yang sudah tak terhitung kali melakukan aksi yang berani.

Pria kelahiran Banyuwangi 14 Desember 1963 ini memang sejak kecil bercita-cita ingin menjadi tentara. Setelah diterima dan masuk dunia militer Bagyo berusaha berlatih, berlatih dan berlatih dalam menekuni beladiri karate sejak tahun 2006 dan beladiri Yongmoodo sebagaimana diperintahkan pimpinan. Karate dilakukan dua kali seminggu dalam jam dinas, ditambah hampir tiap hari dilakukan di luar jam dinas.

Diceritakan, dalam setiap latihan Karate, dirinya hampir tidak ada jeda istirahat, begitu selesai gerakan (Yame) dirinya langsung Push up hingga gerakan selanjutnya dimulai lagi, sehingga selama 2 jam berlatih keringatnya banyak keluar. Hal inilah untuk pertama kali dirinya merasa mempunyai kelebihan kekuatan. Hingga setiap sore selesai dinas disempatkan berlatih sendiri push up di rumah dan di Stadion Manahan Solo, setiap berlatih selama 3 jam dengan hasil rata-rata 2.600 X gerakan. Cara menghitungnya menggunakan batu kerikil, setiap kerikil rata-rata 25-30 X push up. Latihan demi latihan membentuk posturnya yang sudah tinggi, hitam menjadi kekar.

Aksi fantastiknya terinspirasi melihat semangat simbok-simbok kuli gendong pasar legi Solo yang begitu kuat, naik turun tangga menggendong barang bawaannya yang beratnya mencapai 1 kwintal. Padahal usianya sudah diatas 70 tahun, tanpa mengeluh. Dirinya sebagai tentara merasa malu bukan meniru menjadi buruh melainkan meniru semangatnya yg luar biasa.

Berkat kegigihan berlatih maka dibuktikanlah pada bulan Agustus 2006 dengan melakukan aksi yang pertama dengan pemanasan push up selama 12 jam diatas panggung di Markas Denpom IV/5 Solo, mulai dari pukul 9 pagi hingga pukul 9 malam. Selama setengah hari itu, dirinya berhasil melakukan 5.460 kali gerakan.

Selanjutnya aksi yang kedua kalinya adalah dalam memeriahkan Hari Juang Kartika melakukan gerakan push up selama 24 jam dari tanggal 9 sampai tanggal 10 Nopember 2006 dengan jumlah 9.260 kali gerakan.

Ayah dari dua anak, Ika Partika Febriani dan Yudha Bangun Partika tidak berhenti sampai disitu, selanjutnya ditampilkannya dengan aksi-aksi diberbagai tempat diantaranya dengan dipukul oleh 60 orang (masyarakat umum, supir becak,asongan dll) di depan markas Denpom IV/4 Solo dalam rangka memeriahkan HUT Pomad 2007, dipukul oleh 40 orang karateka pada saat pembukaan Pra Pon Karate di GOR PT Sritex Solo, aksi tahan pukul oleh 60 orang perwakilan peserta sertijab Danrem 074/Warastratama, berperan sebagai nenek yang dianiaya oleh oknum nakal Belanda dihadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, aksi tahan pukul oleh 80 orang masyarakat umum, aksi spontanitas tahan pukul oleh puluhan prajurit TNI dan push up tangan dua jari dihadapan Kasad pada saat HUT Juang Kartika 2010 di Ambarawa, uji ketahanan fisik lari jalan cepat 24 jam keliling Pura Mangkunegaran Solo dalam rangka HUT TNI 2011 dengan jumlah 72 putaran x 1,4 km luas Pura Mangkunegaran.

Selanjutnya, Uji ketahanan jungkir/koprol sepanjang 5 km dengan jumlah 1046 kali, aksi ketahanan fisik lari jalan cepat keliling Tugu Monas Jakarta selama 25 jam pada tanggal 6 hingga 7 Juli 2013 dengan jumlah 110 putaran x 1,5 km.

Berbagai aksi yang dilakukan dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada prajurit TNI dan masyarakat khususnya para remaja bahwa kehidupan tidaklah ringan dan penuh tantangan dengan bermacam bentuknya, namun yakinlah semua akan ringan apabila hati kita “legowo”, dan sadar posisi apapun jabatan dan pekerjaan kita. Selain itu sebagai Prajurit harus mempunyai semangat, “bukan hanya biasa tapi HARUS LUAR BIASA” dalam menjaga fisik karena kesehatan adalah utama.

Tentang menu makannya, Kopral Bagyo menyampaikan semangat olahraga apapun bentuknya adalah baik dan makanan yang sehat adalah makanan yang berlaku pada menu Prajurit, adakala supleman dibutuhkan tetapi bila tidak ada tujuan lebih baik tidak dikonsumsi. Diakuinya, untuk sebagai supleman, minimal 2 hari sekali dirinya menelan 20 butir telur kampung sekaligus putih dan kuningnya.

Menyinggung masalah perijinan bila melakukan aksinya di suatu daerah, suami dari Windari Murwani Pancaningsih ini menuturkan, bahwa pihaknya selalu melaporkan kepada Komandan dan ada pula melaporkan setelah selesai melakukan aksinya. Misalnya saja aksi ekstrimnya dengan meminum minyak rem, berdiri diatas paku sambil mandi air cabe dan air accu.

 

Penghargaan

Berkat berbagai aksinya, Kopral Bagyo telah mendapatkan berbagai penghargaan mulai dari MURI dengan melakukan push up selama 21 jam 40 menit dengan jumlah 9260 kali gerakan, disusul dengan Penghargaan berupa piagam dari Dan Pus Pomad dan dari Danrem 074/Warastratama dengan melakukan aksinya push up selama 24 jam. Medali Prajurit Kuat Tentara Hebat dari Wakasad Letnan Jenderal TNI FX Suryo Prabowo.

Aksi-aksi eksentrisnya juga ditunjukkan pada saat Hari Ulang Tahun TNI 2013 dan HUT Kodam IV/Diponegoro dengan menjungkir dan push up tangan satu di Lapangan Pancasila Semarang. Anak ke dua dari delapan bersaudara dari ibu Sri Sumi Hartini dan Ayah Pablo Partika Suwandi (Alm) ini berprinsip jika kita berlatih yang neko-neko akan mendapat hal yang nyleneh-nyeleh, artinya berlatih apapun bentuknya bila dilakukan dengan sungguh-sungguh maka hasilnya akan luarrrrrrr biasa. Jangan coba-coba mengikuti aksi-aksi ekstrim ini bila belum berpengalaman, karena dapat membahayakan dan dapat mencelakai diri sendiri pesannya.

Orang yang mendukung aksi-aksi ekstrim ini terutama adalah keluarga dan juga Komandannya, keluarga memang memiliki arti tersendiri bagi Kopral Bagyo. Maka setiap akan melakukan aksi-aksi ekstrim lainnya keluarga terutama istri selalu berpesan agar selalu berhati-hati, semangat, tak lupa menjaga kesehatan dan selalu berserah diri kepada Tuhan.

Pesan untuk prajurit khususnya pada Remaja TNI : Jangan coba-coba….., mencoba-coba Narkoba.

 

(Rais, Ross/GD)