Press ESC to close

TNI Ikut Perangi Buta Aksara di Gunungkidul

TRIBUNNEWS.COM,GUNUNGKIDUL – Jajaran Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang berada di bawah satuan Kodam IV Diponegoro diminta untuk ikut berperan dalam pengentasan buta aksara di Gunungkidul.

Anggota TNI yang berada di lapangan diminta untuk ikut mendata warga yang masih buta aksara sehingga nantinya bisa disasar program pengentasan buta aksara.

Komandan Kodim 0730 Gunungkidul, Letkol Arh Heman Toni yang membacakan sambutan Pangdam IV Diponegoro, Mayjen TNI Sunindyo mengatakan, TNI tidak hanya memiliki fungsi untuk menjaga kedaulatan negara saja. Namun di sisi lain, TNI juga memiliki tugas untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.

Salah satu yang dilakukan adalah dengan ikut mengentaskan buta aksara di DIY dan Jawa Tengah. Saat ini masih banyak warga yang belum bisa membaca dan menulis.

Kondisi itu sangat rentan terhadap pengaruh paham-paham yang menyimpang dari Pancasila sehingga perlu ditindaklanjuti oleh semua pihak termasuk TNI.

“Kami meminta semua jajaran TNI yang berada di bawah Kodam IV Diponegoro untuk menindaklanjuti pencanangan pengetasan buta aksara.Program ini merupakan kerjasama antara pemerintah kabupaten dengan Kodam,” katanya, Selasa (12/8/2014).

Upaya pengentasan buta aksara yang bisa dilakukan oleh jajaran TNI adalah ikut dalam pendataan buta aksara.

Jajaran TNI mulai dari Babinsa dan seluruh personel yang berada di bawah jajaran Kodim diharapkan ikut melakukan pendataan buta aksara.

Dengan begitu, nantinya warga yang masih belum bisa membaca dan menulis dapat terdata dengan valid.

Setelah memiliki data yang valid, nantinya seluruh warga yang belum bisa membaca dan menulis bisa disasar program pengetasan buta aksara yang dijalankan oleh pemerintah daerah.

“Kami akan memaksimalkan fungsi dari Babinsa dan seluruh anggota yang ada. Mereka kami minta untuk ikut melakukan pendataan buta aksara,” jelasnya.

Pengentasan buta aksara ini, kata Herman Toni, dapat meningkatkan kwalitas sekaligus kesejahteraan masyarakat.

“Bila buta aksara tidak bisa ditangani, bisa membuat masyarakat terseat informasi. Hal itu bisa mempengaruhi cara berfikirnya,” ucapnya.